Masjid Gandekan
Peninggalan Tasripin
Oleh Prihati Puji Utami
SESUAI namanya, Masjid Gandekan terletak di Jalan Gandekan di kawasan MT Haryono. Masjid ini dulunya dibangun oleh Tasripin, seorang tuan tanah yang pada masa kejayaannya menguasai banyak sekali tanah di seantero Semarang. Pada zaman kejayaannya, kawasan Gandekan dihuni oleh karyawan Tasripin dan sebagian lagi disewakan.
Dalam perkembangannya, Kampung Gandekan kini didiami oleh warga campuran. Bahkan hampir setengah penduduk Gandekan sekarang adalah etnis Tionghoa. Meski demikian keberadaan sebuah masjid kuno di Gandekan tak berubah. Bahkan sebagian warganya bertekad terus mempertahankan keaslian bangunan tersebut. Dari kusen pintu dan jendela kita bisa melihat detail kerentaan masjid yang juga memiliki nama Al Yahya. Tak hanya itu, ornamen-ornamen lainnya pun sengaja dipertahankan oleh pengurus masjid. Kubah yang berbentuk bunga masih tampak di atap. Lalu di dinding atas ruang imam tampak sebuah kaligrafi yang bertulis Allah dan Muhammad. Sementara itu dikeliling plafon terlukis pula kaligrafi yang bertuliskan Laila haillallah Muhammadurrosulullah.
Para pengurus masjid atau takmir, bertekat untuk mempertahankan kekaslian masjid tua yang diwakafkan tahun 1997 itu. Apalagi bangunan itu sudah ditetapkan menjadi cagar budaya Semarang.
Kalaupun ada perombakan, mungkin hanya pergantian genting dan penambahan porselin pada sebagian tembok.
Masjid Gandekan diperkirakan berdiri tahun 1815. Beberapa keunikan yang ada di masjid itu, antara lain lantainya terbuat dari kayu jati. Selain itu ada juga sebuah tangga kuno yang menghubungkan ruang utama masjid dengan bagian atas plafon.
Tak berbeda dengan masjid lainnya, saat Ramadan seperti sekarang ini Masjid Gandekan selalu penuh dengan jamaah yang hendak menunaikan sholat. Dan yang menunaikan sholat di sini tidak hanya warga Gandekan, namun ada juga yang datang dari Kentangan, Gabahan, atau karyawan-karyawan yang bekerja di pertokoan sekitar Jalan MT Haryono. Tak terkecuali muslim dari etnis Tionghoa.
Di bulan suci Ramadan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Misalnya setiap sore diadakan pengajian anak-anak. Sedangkan sesaat setelah buka puasa, rutin dilaksanakan sholat tarawih dan dilanjutkan dengan tadarus. ***
SESUAI namanya, Masjid Gandekan terletak di Jalan Gandekan di kawasan MT Haryono. Masjid ini dulunya dibangun oleh Tasripin, seorang tuan tanah yang pada masa kejayaannya menguasai banyak sekali tanah di seantero Semarang. Pada zaman kejayaannya, kawasan Gandekan dihuni oleh karyawan Tasripin dan sebagian lagi disewakan.
Dalam perkembangannya, Kampung Gandekan kini didiami oleh warga campuran. Bahkan hampir setengah penduduk Gandekan sekarang adalah etnis Tionghoa. Meski demikian keberadaan sebuah masjid kuno di Gandekan tak berubah. Bahkan sebagian warganya bertekad terus mempertahankan keaslian bangunan tersebut. Dari kusen pintu dan jendela kita bisa melihat detail kerentaan masjid yang juga memiliki nama Al Yahya. Tak hanya itu, ornamen-ornamen lainnya pun sengaja dipertahankan oleh pengurus masjid. Kubah yang berbentuk bunga masih tampak di atap. Lalu di dinding atas ruang imam tampak sebuah kaligrafi yang bertulis Allah dan Muhammad. Sementara itu dikeliling plafon terlukis pula kaligrafi yang bertuliskan Laila haillallah Muhammadurrosulullah.
Para pengurus masjid atau takmir, bertekat untuk mempertahankan kekaslian masjid tua yang diwakafkan tahun 1997 itu. Apalagi bangunan itu sudah ditetapkan menjadi cagar budaya Semarang.
Kalaupun ada perombakan, mungkin hanya pergantian genting dan penambahan porselin pada sebagian tembok.
Masjid Gandekan diperkirakan berdiri tahun 1815. Beberapa keunikan yang ada di masjid itu, antara lain lantainya terbuat dari kayu jati. Selain itu ada juga sebuah tangga kuno yang menghubungkan ruang utama masjid dengan bagian atas plafon.
Tak berbeda dengan masjid lainnya, saat Ramadan seperti sekarang ini Masjid Gandekan selalu penuh dengan jamaah yang hendak menunaikan sholat. Dan yang menunaikan sholat di sini tidak hanya warga Gandekan, namun ada juga yang datang dari Kentangan, Gabahan, atau karyawan-karyawan yang bekerja di pertokoan sekitar Jalan MT Haryono. Tak terkecuali muslim dari etnis Tionghoa.
Di bulan suci Ramadan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Misalnya setiap sore diadakan pengajian anak-anak. Sedangkan sesaat setelah buka puasa, rutin dilaksanakan sholat tarawih dan dilanjutkan dengan tadarus. ***
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.