Ponpes Al-Ishlah
Rumah Cinta untuk Semua
Oleh Moh Ichwan
DI kota yang panas dan sumpek oleh masalah, orang mudah stres. Untuk menyembuhkannya, tentu tak cukup dengan mengaji, apalagi ceramah.
Ndandani hati manusia, sekaligus mengisi otaknya dengan moral agama, tentu perlu upaya seirus, perhatian ekstra, dan fasilitas yang ”sempurna”. Namun secara sederhana, sebagaimana disampaikan para filosof, alat utama bengkel kalbu adalah cinta. Karena cinta adalah dasar diciptakannya manusia. Cinta adalah inti hati nurani.
Salah satu yang bertekad melaksanakan misi itu adalah Ponpes Al-Ishlah. Ma’had yang dipimpin KH Amin Maulana Budi Harjono bersama adik iparnya, KH Ali Nurhan ini, ingin menjadi oase di kota metropolitan Semarang.
Lokasinya memang di atas bukit pinggir hutan di jalur sigar bencah. Tepatnya di Kampung Ngumpulsari, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang. Berada di atas tanah wakaf almarhum Mansur seluas satu hektar, pondok ini mengasuh santri-santri yatim.
Tentu saja, funsi panti asuhannya sangat menonjol. Tidak ada santri yang membayar. Kiainya yang ubad-ubed mencari ”nafkah” untuk pondok pesantren dan seisinya. Dan itu terlihat nyata. Datanglah di ponpes yang berada di lereng bukit ini. Anda akan melihat sebuah bus Mercedes Benz, sedan BMW, Jeep Willys, truk, dan mobil pribadi lain.
Juga deretan villa berbahan kayu maupun tembok yang dipakai gratis orang miskin yang butuh wisma sekaligus ingin mengaji.
Walaupun para santri gratis mondok, para guru dan ustadnya tetap dibayar. Karena mereka memiliki keluarga yang harus ditanggungnya. Setiap tahun jumlah santrinya memang agak terbatas. Sekitar 100 santri atau lebih sedikit.
Bukan kiai kalau tidak pandai berniaga dan mengolah rezeki. Sawah dan tegalan punya, bisnis jasa bisa. Apalagi, KH Amin Budi Harjono adalah mubalig yang ”laris” diundang kemana-mana. Tokoh tasawuf ini juga biasa manggung bersama Emha Ainun Najib bersama grup musik Kyai Kanjeng-nya. Bahkan Kiai Budi, panggilan akarab alumnus IAIN Walisongo ini juga punya grup musik bernama Kyai Shodrun. Mengusung jenis gamelan posmo yang tidak bernada slendro atau pelog.
Dari berbagai sarana itulah rezeki mengalir kepada para santri dan keluarganya. Sembilan anak yang lahir dari rahim istrinya, Nyai Siti Rochmah Al-Hubbiyah turut menikmati karena juga menjadi santri di ponpes ayahnya.
Soal jadwal ngaji dan kegiatan, tak berbeda dengan kebanyakan pondok lain. Mulai habis subuh hingga malam hari, padat dengan kegiatan belajar. Termasuk di SMP dan Madrasah Aliyah yang dimilikinya. Sejak berdiri 1981 dan memakai nama yayasan pada 1990, ponpes ini menjadikan kasidah rebana sebagai ekstra kurikuler utama. Setiap santri, selain menghafalkan Alquran dan ngaji kitab, berlatih menabuh terbang, dan alat musik lain. Juga melafalkan syair sholawat nan merdu. Terutama dari kitab Simtut Duror (untaian mutiara).
Nada-nada merdu dari syair berbahasa Arab begitu akrab di telinga. Sehingga setiap jamaah pengajian, dari warga umum yang datang mengaji tiap Minggu pagi atau yang mengundang, serasa dipeluk mesra dengan penuh cinta.
Hasilnya, bukan hanya si yatim jadi orang berilmu yang berguna, syukur jadi ulama, melainkan juga menjadi penebar cinta bagi sesamanya.***
Oleh Moh Ichwan
DI kota yang panas dan sumpek oleh masalah, orang mudah stres. Untuk menyembuhkannya, tentu tak cukup dengan mengaji, apalagi ceramah.
Ndandani hati manusia, sekaligus mengisi otaknya dengan moral agama, tentu perlu upaya seirus, perhatian ekstra, dan fasilitas yang ”sempurna”. Namun secara sederhana, sebagaimana disampaikan para filosof, alat utama bengkel kalbu adalah cinta. Karena cinta adalah dasar diciptakannya manusia. Cinta adalah inti hati nurani.
Salah satu yang bertekad melaksanakan misi itu adalah Ponpes Al-Ishlah. Ma’had yang dipimpin KH Amin Maulana Budi Harjono bersama adik iparnya, KH Ali Nurhan ini, ingin menjadi oase di kota metropolitan Semarang.
Lokasinya memang di atas bukit pinggir hutan di jalur sigar bencah. Tepatnya di Kampung Ngumpulsari, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang. Berada di atas tanah wakaf almarhum Mansur seluas satu hektar, pondok ini mengasuh santri-santri yatim.
Tentu saja, funsi panti asuhannya sangat menonjol. Tidak ada santri yang membayar. Kiainya yang ubad-ubed mencari ”nafkah” untuk pondok pesantren dan seisinya. Dan itu terlihat nyata. Datanglah di ponpes yang berada di lereng bukit ini. Anda akan melihat sebuah bus Mercedes Benz, sedan BMW, Jeep Willys, truk, dan mobil pribadi lain.
Juga deretan villa berbahan kayu maupun tembok yang dipakai gratis orang miskin yang butuh wisma sekaligus ingin mengaji.
Walaupun para santri gratis mondok, para guru dan ustadnya tetap dibayar. Karena mereka memiliki keluarga yang harus ditanggungnya. Setiap tahun jumlah santrinya memang agak terbatas. Sekitar 100 santri atau lebih sedikit.
Bukan kiai kalau tidak pandai berniaga dan mengolah rezeki. Sawah dan tegalan punya, bisnis jasa bisa. Apalagi, KH Amin Budi Harjono adalah mubalig yang ”laris” diundang kemana-mana. Tokoh tasawuf ini juga biasa manggung bersama Emha Ainun Najib bersama grup musik Kyai Kanjeng-nya. Bahkan Kiai Budi, panggilan akarab alumnus IAIN Walisongo ini juga punya grup musik bernama Kyai Shodrun. Mengusung jenis gamelan posmo yang tidak bernada slendro atau pelog.
Dari berbagai sarana itulah rezeki mengalir kepada para santri dan keluarganya. Sembilan anak yang lahir dari rahim istrinya, Nyai Siti Rochmah Al-Hubbiyah turut menikmati karena juga menjadi santri di ponpes ayahnya.
Soal jadwal ngaji dan kegiatan, tak berbeda dengan kebanyakan pondok lain. Mulai habis subuh hingga malam hari, padat dengan kegiatan belajar. Termasuk di SMP dan Madrasah Aliyah yang dimilikinya. Sejak berdiri 1981 dan memakai nama yayasan pada 1990, ponpes ini menjadikan kasidah rebana sebagai ekstra kurikuler utama. Setiap santri, selain menghafalkan Alquran dan ngaji kitab, berlatih menabuh terbang, dan alat musik lain. Juga melafalkan syair sholawat nan merdu. Terutama dari kitab Simtut Duror (untaian mutiara).
Nada-nada merdu dari syair berbahasa Arab begitu akrab di telinga. Sehingga setiap jamaah pengajian, dari warga umum yang datang mengaji tiap Minggu pagi atau yang mengundang, serasa dipeluk mesra dengan penuh cinta.
Hasilnya, bukan hanya si yatim jadi orang berilmu yang berguna, syukur jadi ulama, melainkan juga menjadi penebar cinta bagi sesamanya.***
Ternyata banyak cara utk berdakwah Ada yg pakai bahasa yg lurus2 saja ada yg pakai bahasa berkelok-kelok..., semua menuju kebaikan
ReplyDeleteThanks for sharing this blog its very informative and useful for us.
ReplyDeleteดูหนังà¸à¸à¸™à¹„ลน์
ReplyDeleteJUAL Obat Aborsi Denpasar Bali MANJUR UNTUK USIA 1-7 BULAN.
Cytotec Asli Denpasar Bali YANG KAMI JUAL RESMI DARI RUMAH SAKIT, JADI ANDA TIDAK PERLU RAGU LAGI UNTUK ORDER Obat Penggugur Kandungan Denpasar Bali
YANG KAMI JUAL KARENA BERGARANSI DAN DIJAMIN 100% TUNTAS TANPA HARUS KURET LAGI.
Ciri Cytotec Asli adalah obatnya tidak ada bentuk lain selain persegi enam dan warnanya pun cuma putih.
INFO LEBIH LANJUT KLIK WEBSITE RESMI KAMI YANG TERTERA DI BAWAH INI:
Obat Aborsi Di Denpasar
Obat Aborsi Di Bali
Obat Aborsi Di Denpasar Bali
Obat Penggugur Kandungan Di Denpasar
Obat Penggugur Kandungan Di Bali
Cytotec Asli Di Denpasar
Cytotec Asli Di Bali
Obat Penggugur Janin Di Denpasar
Obat Telat Bulan Di Denpasar
Obat Aborsi
Cara Menggugurkan Kandungan
Menggugurkan Kandungan
Menggugurkan Janin
Obat Penggugur Kandungan
Penggugur Kandungan
Obat Cytotec Asli
Cytotec Asli
Obat Peluntur Janin
Peluntur Janin
Obat Penggugur Janin
Penggugur Janin
Obat Telat Bulan
Cytotec Asli
CALL/WA : 081325000880
BBM : 54D5479D