Riwayat dan Hakikat Ketupat
“Sego kupat siram santen, sedoyo lepat nyuwun pangapunten.” Begitu kira-kira bunyi parikan bahasa Jawa yang populer saat Hari Raya Idul Fitri. Selain sebagai makanan khas, kupat atau ketupat pun menjadi ikon paling menyemburat di kala Lebaran
KALAU dibandingkan dengan makanan mewah lain seperti rendang, steak, atau seafood, ketupat dan opor ayam mungkin kalah lezat. Tapi apa yang membuat ia terus menjadi simbol perayaan Lebaran di Indonesia?
Makna. Inilah yang membuat penganan berbahan dasar beras dan janur ini menjadi hidangan wajib saat Lebaran. Bagaimana riwayat dan apa saja makna ketupat hingga setiap Lebaran selalu
tersaji?
Penyeimbang Nafsu
Beras adalah simbol nafsu dunia, sedangkan janur merupakan kependekan dari “jatining nur” atau bisa diartikan hati nurani. Jadi ketupat itu simbol dari nafsu dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani.
Bentuk persegi ketupat juga diartikan masyarakat Jawa sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Kiblat papat limo pancer ini adalah keseimbangan alam: empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Namun semua arah ini bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah mana pun dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): Tuhan yang Maha Esa.
Simbol Mengakui Kesalahan
Kupat merupakan kependekan dari “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Itulah mengapa setiap Hari Raya Idul Fitri selalu ada tradisi saling memaafkan baik dengan keluarga, sanak saudara maupun tetangga.
“Laku Papat”
Laku Papat atau empat tindakan. Idul Fitri atau yang biasa disebut Lebaran erat kaitannya dengan “Laku Papat” ini. Keempat tindakan itu adalah Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.
Lebaran, berasal dari kata “lebar” atau selesai menjalani ibadah puasa Ramadan. Luberan, berasal dari kata “luber”, artinya meluap atau melimpah. Kata ini memberikan pesan untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan orang yang kurang beruntung, yakni sedekah secara ikhlas, seperti lubernya air dari tempatnya.
Lalu Leburan yang berarti melebur atau menghilangkan. Seiring dengan pengertian “ngaku lepat“, yakni mengakui kesalahan dan saling memohon maaf.
Kemudian Laburan yang berasal dari kata “Labur” atau (pengapuran) bahan untuk memutihkan dinding. Kebiasaan masyarakat Jawa sebelum Lebaran adalah melabur atau memutihkan dinding rumah agar terlihat bersih pada saat Lebaran.
Jadi setelah melaksanakan Leburan (saling memaafkan) dipesankan untuk selalu menjaga sikap dan tindakan yang baik, sehingga mencerminkan budi pekerti yang baik pula.
Opor Ayam
Nah, untuk pasangan sehati ketupat saat Lebaran, sangat nikmat jika disandingkan dengan opor ayam. Hidangan daging ayam yang dimasak dengan kuah santan ini sangat cocok jika disantap dengan ketupat.
Semakna dengan ketupat, opor ayam yang dibuat dari santan juga punya filosofinya sendiri. Santan atau santen bagi orang Jawa diartikan sebagai “pangapunten” atau memaafkan. Jadi kurang lebih makna dari ketupat dan opor adalah, jika mengakui kesalahan maka maafkanlah.
Inilah mengapa pada saat Idul Fitri ada tradisi saling memaafkan. Walaupun banyak orang bilang bahwa tak perlu menunggu Lebaran untuk meminta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita mintakan maaf maupun kita maafkan sebelum datangnya hari yang fitri tersebut.
Hantaran “Kupat Santen” sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf.
Ya, begitulah riwayat sekaligus filosofi ketupat bagi orang Jawa. Itulah mengapa setiap Idul Fitri
selalu ada ketupat. Dan sekarang ketupat bukan lagi hanya milik masyarakat tertentu saja, tapi seluruh rakyat Indonesia sudah sangat terbiasa dengan adanya ketupat saat Lebaran.
Betapa tinggi makna sebuah ketupat, dan betapa memasyarakatnya penganan ini hingga bisa mempersatukan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda. Simbol ini pun merebak ke ruang publik. Di jalan, iklan televisi, majalah, koran, atau acara sederhana di kampung pun tak luput menggunakan ikon atau simbolisasi ketupat. (wiwig prayugi-harian semarang)
KALAU dibandingkan dengan makanan mewah lain seperti rendang, steak, atau seafood, ketupat dan opor ayam mungkin kalah lezat. Tapi apa yang membuat ia terus menjadi simbol perayaan Lebaran di Indonesia?
Makna. Inilah yang membuat penganan berbahan dasar beras dan janur ini menjadi hidangan wajib saat Lebaran. Bagaimana riwayat dan apa saja makna ketupat hingga setiap Lebaran selalu
tersaji?
Penyeimbang Nafsu
Beras adalah simbol nafsu dunia, sedangkan janur merupakan kependekan dari “jatining nur” atau bisa diartikan hati nurani. Jadi ketupat itu simbol dari nafsu dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani.
Bentuk persegi ketupat juga diartikan masyarakat Jawa sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Kiblat papat limo pancer ini adalah keseimbangan alam: empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Namun semua arah ini bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah mana pun dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): Tuhan yang Maha Esa.
Simbol Mengakui Kesalahan
Kupat merupakan kependekan dari “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Itulah mengapa setiap Hari Raya Idul Fitri selalu ada tradisi saling memaafkan baik dengan keluarga, sanak saudara maupun tetangga.
“Laku Papat”
Laku Papat atau empat tindakan. Idul Fitri atau yang biasa disebut Lebaran erat kaitannya dengan “Laku Papat” ini. Keempat tindakan itu adalah Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.
Lebaran, berasal dari kata “lebar” atau selesai menjalani ibadah puasa Ramadan. Luberan, berasal dari kata “luber”, artinya meluap atau melimpah. Kata ini memberikan pesan untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan orang yang kurang beruntung, yakni sedekah secara ikhlas, seperti lubernya air dari tempatnya.
Lalu Leburan yang berarti melebur atau menghilangkan. Seiring dengan pengertian “ngaku lepat“, yakni mengakui kesalahan dan saling memohon maaf.
Kemudian Laburan yang berasal dari kata “Labur” atau (pengapuran) bahan untuk memutihkan dinding. Kebiasaan masyarakat Jawa sebelum Lebaran adalah melabur atau memutihkan dinding rumah agar terlihat bersih pada saat Lebaran.
Jadi setelah melaksanakan Leburan (saling memaafkan) dipesankan untuk selalu menjaga sikap dan tindakan yang baik, sehingga mencerminkan budi pekerti yang baik pula.
Opor Ayam
Nah, untuk pasangan sehati ketupat saat Lebaran, sangat nikmat jika disandingkan dengan opor ayam. Hidangan daging ayam yang dimasak dengan kuah santan ini sangat cocok jika disantap dengan ketupat.
Semakna dengan ketupat, opor ayam yang dibuat dari santan juga punya filosofinya sendiri. Santan atau santen bagi orang Jawa diartikan sebagai “pangapunten” atau memaafkan. Jadi kurang lebih makna dari ketupat dan opor adalah, jika mengakui kesalahan maka maafkanlah.
Inilah mengapa pada saat Idul Fitri ada tradisi saling memaafkan. Walaupun banyak orang bilang bahwa tak perlu menunggu Lebaran untuk meminta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita mintakan maaf maupun kita maafkan sebelum datangnya hari yang fitri tersebut.
Hantaran “Kupat Santen” sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf.
Ya, begitulah riwayat sekaligus filosofi ketupat bagi orang Jawa. Itulah mengapa setiap Idul Fitri
selalu ada ketupat. Dan sekarang ketupat bukan lagi hanya milik masyarakat tertentu saja, tapi seluruh rakyat Indonesia sudah sangat terbiasa dengan adanya ketupat saat Lebaran.
Betapa tinggi makna sebuah ketupat, dan betapa memasyarakatnya penganan ini hingga bisa mempersatukan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda. Simbol ini pun merebak ke ruang publik. Di jalan, iklan televisi, majalah, koran, atau acara sederhana di kampung pun tak luput menggunakan ikon atau simbolisasi ketupat. (wiwig prayugi-harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.