KDRT Jadi Kesempatan Cerai
Jika mendengar kalimat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), orang cenderung membayangkan perempuan sebagai korban. Entah istri yang dianiaya suami atau bayangan kekerasan lainnya.
Namun yang terjadi pada pasangan Kaspo dan Sapingah, keduanya nama samaran, yang terjadi sebaliknya. Kaspo justru korban kekerasan istrinya. Warga Kecamatan Tembalang ini sering sakit lantaran stress tiap hari diomeli Sapingah. Terkadang dipisuhi dan dikagetkan dengan bunyi barang-barang yang dibanting atau dinding kayu rumah yang digedor-gedor.
Di lain pihak. Kaspo menjadi anggota ISTIKOMAH; Ikatan Suami Takut Istri Kalo di Rumah. Pegawai senior di sebuah perusahaan swasta ini tidak berkutik jika istinya marah. Tak pernah ia membantah ocehan Sapingah yang cerewet.
Kaspo “liar” di luar rumah. Entah untuk mencari kompensasi atau karena pergaulan, kelakuannya mirip anak muda metropolitan. Ngelayap di tempat wisata, tour ramai-ramai bersama rekan sehobi adalah kebiasaannya. Terutama di akhir pekan.
Kaspo merasa mendapat kepuasan dan kebebasan di luar rumah. Tetapi dia masih selalu berusaha pulang demi dua anaknya yang telah sekolah. Walau kupingnya tebal untuk mendengar omelan, dia tetap menjadi suami bagi istrinya.
Untuk sekian lama, keduanya bertahan dengan perangai masing-masing. Masih ada “kedamaian” dalam rumah tangganya. Semata karena Kaspo tak pernah meladeni omelan istrinya. Sehingga tak pernah ada pertengkaran.
Namun lama-kelamaan Sapingah merasa suaminya terlalu ndableg. Seolah telinga suaminya tak pernah mendengar omongannya jika ngelokke ini itu. Maklum Sapingah adalah anak pertama, yang umumnya merasa ingin mengatur. Sementara Kaspo juga merasakan hal yang sama. Dia pikir istrinya menyebalkan dan membosankan. Dalam hati dia ingin berpisah, entah karena kematian atau perceraian.
“Kesempatan” itu datang pada suatu hari. Istrinya yang sedang jengkel sambil mengomel, tiba-tiba melempar Kaspo memakai handphone. Rahang Kaspo memar karenanya. Membuatnya kesulitan makan dan sakit.
Tak terima dengan KDRT itu, Kaspo lantas mendaftarkan ikrar talak di Pengadilan Agama. Paska sidang keempat, vonis telah didapatkan. Tragisnya, saat Sapingah mengajak salaman sebagai tanda perpisahan, Kaspo menampik kasar uluran tangan mantan istrinya itu. Membuat pengunjung PA kaget dan terkesima.
Buru-buru Sapingah digandeng saudaranya pergi ke tempat parkir agar tangisnya tidak keras. Setelah mesin motor dihidupkan, mereka lantas tancap gas keluar halaman PA. (Ichwan)
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.