B-Boy, Komunitas Breakdance Semarang Tetap Eksis di Tengah Keterbatasan
Anggota B-boy sedang melakukan powermove. Komunitas ini masih tetap eksis dengan berbagai kendala yang dihadapi |
SEKELOMPOK anak muda terlihat melakukan tarian tak lazim di ujung Jalan Pahlawan. Mereka menekan posisi kepala di bawah bertumpu pada trotoar, kaki diangkat tinggi-tinggi ke atas dan mencoba memutar badan hingga 360 derajat.
Meski tergolong ekstrem, gerakan tersebut bisa menciptakan sebuah kombinasi yang indah, sehingga banyak pejalan kaki yang menyempatkan diri untuk berhenti sejenak dan melihat atraksi tersebut
Apa yang dilakukan sekelompok anak muda tersebut merupakan jenis dance dengan tipe powermove, sebuah gerakan yang paling digandrungi oleh komunitas breakdance Semarang yang diberi nama B-Boy.
Cikal bakal B-Boy dimulai pada tahun 2002, ketika breakdance mulai popular di Kota Lunpia. Lantaran peminatnya sudah semakin banyak, timbul inisiatif untuk membuat satu wadah yang bisa mempertemukan penggemar breakdance.
“Apresiasi warga Semarang lumayan bagus sehingga membuat komunitas ini semakin berkembang,” kata Riki selaku ketua B-Boy Semarang.
Untuk latihan, biasanya dilakukan setiap Sabtu malam. Dengan iringan speaker sederhana, seringkali atraksi yang diperlihatkan bisa menyihir orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Untuk lebih memacu adrenalin, tak jarang berbagai macam gerakan ekstrem dilakukan.
“Yang pernah cedera juga ada, tetapi jarang sekali serius. Yang penting untuk meminimalisir cedera lakukan pemanasan secara teratur,” tambah Riki.
Walaupun sudah berjalan lama, bukan berarti B-Boy tidak mengalami hambatan, salah satunya adalah minimnya fasilitas yang dimiliki. Dengan mengandalkan speaker mini tentu saja kurang maksimal ketika harus beraksi di tengah bisingnya kendaraan.
Padahal, iringan musik tersebut menjadi faktor utama untuk menyelaraskan gerakan-gerakan. Meski begitu, hambatan ini tak mengurangi antusias mereka untuk beraksi.
B-boy masih tetap eksis, dengan anggota mencapai 50 orang. Untuk mendukung aktivitas kelompok, masing-masing anggota ditarik iuran sukarela. Dari iuran inilah mereka bisa membeli konsumsi dan alat-alat penunjang kegiatan berakdance dan menggelar latihan setiap Minggu malam di Jalan Pahlawan.(nul/17)
Labels
Warta Kota
Tempat latihannya di mana saja mas?
ReplyDeleteApakah masih perfom sampe skarang
ReplyDelete