Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Imam Sukayat, Tersangka Bom Paralon Tukang Sampah yang Tiba-tiba ‘Terkenal’

NAMA Imam Sukayat (47), tiba-tiba melambung bak seorang artis saja. Bagaimana tidak, seminggu sudah, nama si tukang sampah itu menghiasi media massa. Mulai online, televisi, maupun koran harian. Dialah sang penemu –tetapi sempat ditetapkan sebagai tersangka-- bom paralon yang meledak di sekitar lahan pembangunan Yayasan Baitussyukur, Jalan Saptamarga III RT 08/RW 09, Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Semarang, Kamis (15/3) lalu.

Terlebih saat dikabulkannya permohonan penangguhan penahanan dari status tersangka oleh Kapolrestabes Kombes Elan Subilan, pada Selasa (20/3) lalu. Saat ini ia telah kembali menghirup udara segar di rumah sekaligus tempat kelahiran di Jalan Saptamarga III/86, RT 08/RW 09.

Tentu saja, kedatangannya disambut sanak saudara dan para tetangga dengan senyum senang. Meski Kapolrestabes mengatakan proses hukum tetap dilanjutkan.  

Berpakaian merah dan bercelana biru, Imam tampak menyambut Harsem di teras rumahnya. Ia juga terlihat tenang dengan sembari mengisap sebatang rokok melalui tangan kirinya. Sementara sejumlah tetangganya juga tampak menyalami Imam dan sanak keluarganya.

Menyusul kemudian istrinya tercinta, Asiyah (37), diikuti dua anaknya
Didik Setiawan (14), serta Irawan (4), mendampingi Imam. Dia menceritakan selama lima hari di Mapolrestabes. "Wah, di sana (kantor polisi) saya mumet mas. Bingung dengan apa yang ditanyakan pak polisi. Jadinya saya tidak mudheng," kata Imam Sukayat, kemarin.

Selama disidik di Mapolrestabes, ia merasa gundah dan tidak tenang. Imam mengaku terus terbayang-bayang wajah anggota keluarganya di rumah, terutama anak dan istrinya. "Paling cuma jalan mondar-mandir di ruangan saja," ujarnya.

Dia terlihat tertekan hingga menyebabkan trauma psikis. Sehingga menjabarkan apa yang dialami selama lima hari di kantor polisi, ia tidak runtut. Saat ditanya, ia lebih memilih tersenyum simpul dan menjawab dengan kalimat singkat. "Waktu di sana, saya tidurnya di kursi panjang. Bagaimana bisa tidur nyenyak?" katanya.

Sementara Asiyah, istrinya, biasanya tinggal di Tumbangsari, Kecamatan Tengaran, Salatiga. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. "Saya tidak percaya jika ternyata suami saya jadi tersangka. Karena saat itu, memang tidak diberitahu. Oleh kerabat, saya hanya diajak pulang ke rumah sini (Ngesrep),"

Dikatakan Asiyah, keluarganya hidup sederhana dan tinggal terpisah, namun kondisinya baik-baik saja.  Meski suaminya hanya bekerja sebagai tukang sampah, namun ia adalah suami yang bertanggungjawab. Pasalnya, ia rutin memberi nafkah kepada keluarga. "Setiap dua atau tiga minggu sekali,  suami saya menyusul ke Salatiga. Dia sana ya bertemu keluarga dan memberikan nafkah. Menyesuaikan kondisi keuangan, kalau terpaksa belum punya uang ya tidak pulang," tambahnya. (abm-12)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous