Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Pecel Kawedanan, Pedasnya Jadi Klangenan



UNGARAN-Kalau ke Ambarawa, Kabupaten Semarang para pendatang dari luar kota selalu mengingat warung pecel mBok Kami yang mangkal di depan terminal. Tapi bagi warga asli Ambarawa, pecel Kawedanan ternyata lebih diminati karena rasa pedasnya yang khas.

Hanya menempati trotoar di depan kantor kecamatan, yang dulunya bekas kantor kawedanan, mbok Sumarsih (60) ditemani sang cucu, Nanda (10) menjajakan pecelnya.

Sangat sederhana. Tidak ada atap dan kios sebagaimana penjual makanan. Sumarsi hanya mengandalkan tenggok dan tampir. Agar tidak kepanasan, perempuan tua itu pun memilih berjualan di bawah pohon beringin.

Pecel Sumarsih yang lebih dikenal dengan sebutan pecel Kawedanan itu pun memiliki kekhususan. Selain rasanya yang pedas, ia selalu menambahkan bumbu pecelnya dengan kelapa parut dan sayur tahu. Sementara para pembeli dapat memilih cemilan tambahan, seperti peyek kacang, mentho, mendhoan, bakwan dan gembus goreng. "Dari dulu pecel saya memang dikenal pedes. Tapi nyatanya banyak juga yang suka," kata Sumarsih.

Apa yang aneh dengan pecel Kawedanan buatan mbok Sumarsih ini? Tenyata bila dicermati, dengan kesederhanaan tempat dan dagangannya itu, Sumarsih nyaris  tak putus melayani pembeli. Tangannya bak penari srimpi yang luwes membuat pincuk, lalu menakar nasi dan sayuran. "Sudah 25 tahun saya jualan pecel, jadi jangan heran kalau tak ada rasa pegel melayani pembeli," ucapnya.

Banyak Diminati

"Pecel saya ini jusru banyak diminati orang asli Ambarawa dan sekitarnya. Kalau orang luar kota pasti tidak mengenal pecel saya," imbuh wanita tua itu penuh kerendahan.

Ina (37) salah satu pelanggan setia pecel Kawedanan menuturkan, dirinya sering mampir ke warung mbok Sumarsih hanya untuk mencicipi makanan klangenannya itu. "Saya penyuka pecel, dan pecel Kawedanan ini sudah lama menjadi klangenan saya. Mungkin karena rasanya pedasnya yang khas," ucap dia.

Waznita cantik warga Bandungan ini mengaku, minimal seminggu dua sampai tiga kali ia membeli pecel Kawedanan. Bahkan sekali membeli mencapai tiga atau empat bungkus. "Maklum suami dan anak saya juga penggemar pecel Kawedanan ini."

25 tahun berjualan, mbok Sumarsih awalnya berkeliling kampung. Dan baru tiga tahun belakangan ia memilih untuk menetap berjualan di depan kantor kecamatan. "Saya sudah terlalu tua untuk jualan keliling kampung. Kaki saya sudah tidak kuat lagi. Jadi saya memilih untuk menetap berjualan di sini. Itu pun harus ditemani oleh Nanda, cucu saya," tutur perempuan sepuh bercucu enam ini.

Bagi Sumarsih, di usianya yang sudah lanjut itu nyaris tak kenal kata menyerah. Baginya berjualan pecel merupakan sebuah kebanggaan. Ia tak ingin merepotkan anak cucunya. Justru sebaliknya, dengan kebersahajaannya ia ingin dapat membantu keturunannya. Meski untuk itu, ia rela bekerja lebih menguras tenaga demi mengais rezeki setiap hari sekitar Rp 40.000. "Untuk berjualan setiap hari saya memasak nasi 10 kg. Dan semua masakan ini saya kerjakan sendiri, kecuali peyek," ucapnya. (nino adisumarto/15)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous