Tyto Alba Jadi Sahabat Petani
PENANGKARAN: Seorang petani memamerkan burung Tyto Alba hasil penangkaran.HARSEM/SUKMA WIJAYA |
DEMAK-Namanya Tyto Alba, sejenis burung hantu. Burung pemakan tikus ini sudah lama menjadi teman petani, khususnya di Demak.
Hama tikus memang luar biasa, sangat merusak dan merugikan. Banyak upaya untuk menghalau tikus, namun kurang optimal. Pembiakan Tyto Alba sebagai musuh alami (predator) ternyata bisa menjadi solusi. Lahan pertanian di Kabupaten Demak seluas 50 ribu hektar lebih, cukup signifikan sebagai lahan pertumbuhan tikus yang sangat cepat. Berdasarkan riset ilmiah, satu pasang tikus mampu beranak-pinak sampai 2.048 ekor dalam setahun.
Bisa dibayangkan kerepotan petani untuk membasmi tikus. Dinas Pertanian telah menyarankan menggunakan pembasmi hama yang ramah lingkungan. Namun masih ada petani yang justru menggunakan jebakan tikus yang dialiri listrik, yang belakangan memakan korban jiwa.
Di Desa Logoweru Guntur justru sebaliknya. Warga memanfaatkan musuh alami untuk membasmi tikus, yaitu burung jenis Tyto Alba. “Satu ekor Tyto Alba mampu memakan tikus hingga 4 ekor per hari," kata Kades Tlogoweru, Soetedjo, kemarin.
Cara makan Tyto Alba cukup unik, cenderung memakan kepala tikus. Apalagi saat musim menetas, burung dewasa kerap memburu tikus dan membawanya ke sangkar untuk makan anak-anaknya.
Makanan utama Tyto Alba hanya tikus atau jenis marmur dan trewelu. Burung ini tidak mau menyerang ayam atau burung-burung kecil. Kemampuan Tyto Alba mampu mencium gerakan mencapai radius 500 meter.
Soetedjo menambahkan, penangkaran Tyto Alba tidak terlalu sulit. Warga lain bisa meniru. Awalnya Tyto Alba kecil usia 2 bulan ditangkar dalam sangkar hingga mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Setelah 4 bulan, Tyto Alba bisa dilepas untuk berburu tikus.
Petugas Pengembangan Tyto Alba Desa Tlogoweru, Pujo Arto menambahkan agar burung tersebut tidak pergi dari lokasi sawah yang dimaksud, sebelumnya dibuatkan pagupon setinggi 3,5 meter - 4 meter. “Burung hantu merupakan predator yang memiliki teritorial berburu maksimal. Satu pasang Tyto Alba mampu berburu di areal seluas 5 hektar dalam semalam,” katanya.
Namun banyak petani menginginkan sawahnya bersih dari tikus, maka menempakan satu pagupon berisi sepasang burung Tyto Alba dalam areal 4 petak sawah atau seluas satu hektar.
Terpisah, Petani Desa Tlogoweru, Suwandi (34) warga Dukh Weru Desa Tlogoweru mengakui manfaat memelihara Tyto Alba di sawahnya. Sebelum memelihara burung Tyto Alba, panen jagungnya hanya sebagian atau kadang tak panen karena diserang Tkus. “Setelah memelihara Tyto Alba, panen saya mencapai 80 - 90 persen,” aku Suwandi. (swi/16)
Labels
Wonge Dhewe
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.