Anggaran Air Bersih Hanya Rp 50 juta
AMBIL AIR: Warga Deliksari Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati
mengambil air di aliran Sendang Gayam untuk memenuhi kebutuhan air
bersih. (HARSEM/LANANG WIBISONO-JBSM) |
SEMARANG-Tujuh kecamatan di Kota Semarang tergolong rawan kekeringan. BPBD hanya menyiapkan dana Rp 50 juta membeli 200 tangki air bersih.
UNTUK mengantisipasi dampak musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang menyiapkan dana bantuan air bersih sebesar Rp 50 juta.
UNTUK mengantisipasi dampak musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang menyiapkan dana bantuan air bersih sebesar Rp 50 juta.
“Anggaran Rp 50 juta diasumsikan untuk membeli sekitar 200 tangki air bersih. Masing-masing tangki berisi 5.000 liter air, dengan harga Rp 150.000 per tangki. Kami juga melakukan kerja sama dengan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Semarang,” tutur Sekretaris BPBD Kota Semarang Sardjiono.
Dari pemetaan BPBP, ada tujuh wilayah rentan kekurangan air. Yakni Kecamatan Gunungpati, Mijen, Banyumanik, Tembalang, Genuk, Semarang Timur dan Tugu.
“Di Gunungpati, ada Deliksari, Kalialang, Plalangan, dan Pongangan yang rawan kekurangan air. Sementara di Tembalang ada di Jabungan.
Di Genuk ada di Trimulyo, Semarang Timur ada di Kemijen, Tugu di Karanganyar dan Mangunharjo dan beberapa tempat di Banyumanik dan Mijen,” jelasnya,
Warga yang kesulitan air bersih bisa mengajukan proposal ke BPBD untuk ditindaklanjuti dengan memberikan bantuan air bersih. Tetapi bila dalam keadaan darurat maka proposal bisa disusulkan.
Warga yang kesulitan air bersih bisa mengajukan proposal ke BPBD untuk ditindaklanjuti dengan memberikan bantuan air bersih. Tetapi bila dalam keadaan darurat maka proposal bisa disusulkan.
“Kami segera menerjunkan anggota ke kantong-kantong kekeringan. Selain melihat sumber air yang ada, juga kami sosialisasikan mengenai bantuan ini melalui kelurahan,” ujarnya.
Deliksari
Sementara, warga di beberapa daerah mengaku mulai kesulitan mendapatkan air bersih di musim kemarau.
Kalialang dan Deliksari Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu daerah yang warganya sudah merasakan ancaman kekeringan. Apalagi Sendang Gayam, yang menjadi satu-satunya sumber air di kampung tersebut kini debit airnya berkurang drastis. Warga mengaku aliran embung yang tertampung di enam tandon air harus dibagi ke enam rukun tangga (RT).
"Di sini ada enam RT. Masing-masing RT ada satu tandon air. Karena air embung mulai menipis, aliran air dari embung digilir, satu hari satu tandon," kata Sukarti, warga RT 1 RW VI Deliksari Kelurahan Sukorejo.
Jika kebutuhan air di satu RT habis, maka beberapa warga terpaksa mengambil air di tandon RT yang lain. Air tersebut, digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan, baik masak, mencuci, mandi dan lain-lain.
"Untuk menghemat, setiap keluarga biasanya hanya menggunakan enam ember air perhari. Di sini, setiap RT ada sekitar 35 hingga 40 warga dewasa," ujarnya.
Somad warga Kalialang Lama mengatakan, debit air di Sendang Gayam memang menurun drastis sejak musim kemarau. Meski berkurang, pasokan air sendang masih memadai untuk memenuhi warga di dua kampung, Deliksari dan Kalialang.
"Saat ini pun, warga sudah harus mengantre untuk mendapatkan air bersih dari aliran sendang. Mungkin beberapa pekan ke depan, jika masih tak ada hujan warga akan kesulitan mendapat air bersih," tandasnya. (H71-JBSM/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.