Bandeng Tandu Kendal MIR Duri pun Bisa Menjadi Duit

  FiskaOPAK DURI BANDENG : Diah Permatasari (40) menata kemasan opak duri yang merupakan salah satu olahan Bandeng Kendal MIR dalam pameran di Semarang, baru-baru ini.  (JBSM/Modesta)

Mengolah bandeng duri lunak dengan cara di presto sudah tak asing lagi bagi warga Semarang dan sekitarnya, namun mengolah duri dan kulit bandeng untuk menjadi camilan bernilai jual tinggi, membutuhkan keuletan dan kesabaran.
 

Seperti yang dilakukan Diah Permatasari (40), salah satu pemenang IKM Award yang digelar Dinperindag Jateng baru-baru ini memanfaatkan seluruh bagian bandeng untuk diolah menjadi berbagai produk yang digemari.
 

Pemilik usaha bandeng tanpa duri (tandu) ini memiliki cara tersendiri untu mengolah limbah yang berupa duri dan kulit ikan bandeng.  Duri yang dicabuti tidak langsung dibuang begitu saja, tetapi diolah menjadi camilan yang semakin digemari.
 

Sebut saja opak duri, kerupuk duri, tumpi duri dan juga dimanfaatkan untuk pakan bebek. Selain itu juga ada olahan rengginang bandeng dan kulitnya pun bisa dibuat peyek.
Variasi olahan bandeng tandu pun lebih beraneka rasa seperti misalnya asam manis, pedas, bakar madu, pepes, otak-otak hingga bakso yang dikemas dengan bumbu siap santap.
 

Lima  tahun lalu, Diah tak menyangka bandeng tandu buatannya bisa menembus pasar bahkan masuk ke ritel besar seperti Carrefour di berbagai kota. Dengan pelatihan sebelumnya yang telah dilakukan bersama dengan lembaga swadaya masyarakat serta PKK, pelan-pelan usaha Diah yang berada di desa Jambearum RT 04/RW 02 terus berkembang.
 

''Waktu pelatihan bisa sampai 50 orang tapi yang <I>netas<P> hanya saya. Setelah mulai berkembang, kini semakin banyak produksi bandeng tandu di Kendal,'' ujar wanita yang tergabung dalam Koperasi MIR Karsa itu saat ditemui di sebuah kegiatan pasar murah di Semarang, belum lama ini.
 

Jika di awal usahanya, hanya dua kilogram bandeng saja yang diolah kini Diah bersama 15 karyawannya bisa mengolah 150 kg-200 kg bandeng setiap harinya. Suplai ke ritel besar seperti Carrefour sudah berjalan sekitar 1 tahunan sementara pasar lainnya lebih didominasi ke sejumlah restoran di beberapa kota besar.
 

“Harga olahan bandeng ini beragam mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 75 ribu dan setiap bulan sedikitnya omzet Rp 600 juta bisa diraup oleh koperasi tersebut,” tuturnya.
 

Mendekati Lebaran ini, para produsen bandeng tandu Kendal termasuk Diah juga sudah bersiap menghadapi lonjakan permintaan. Belajar dari tahun sebelumnya saja, dari stok delapan freezer yang kapasitas masing-masing sekitar 1,5 kuintal masih belum cukup untuk pelanggan yang hendak membeli untuk oleh-oleh.
 

''Padahal sudah siapkan stok cukup banyak ternyata belum cukup juga. Pengunjung yang mampir di Kendal Permai lantai dua banyak yang kecele, makanya kita antisipasi untuk memperbanyak produksi olahan bandeng,'' kata Diah. (Modesta Fiska/jbsm/14)

Newer Post Older Post