Komunitas Asyik Pecinta Gitar Klasik Petik Gitar Bolong, Hati Terasa Plong
GITAR KLASIK: Anggota Komunitas Gitar Klasik Semarang foto bersama di Gedung Cagar Budaya Sobokarti usai menggelar kegiatan bertajuk Gitaran#1 akhir minggu lalu. (HARSEM/DOK) |
TAK ingin kalah dengan kota lain, pecinta gitar klasik di Semarang membentuk komunitas. Namanya, Komunitas Gitar Klasik Semarang. Berobsesi menggelar festival.
MEREKA berkumpul untuk kali pertama di Gedung Cagar Budaya Sobokarti Sabtu (25/8) malam lalu, sekaligus penanda lahirnya komunitas itu. “Malam itu kami berkumpul dan bergantian memainkan gitar. Tadinya sempat ragu, kira-kira ada yang datang atau tidak. Tapi ternyata banyak,” jelas Koordinator komunitas Yuda Prayitno saat ditemui di ruang kerjanya di Jl MH Thamrin Selasa (28/8).
MEREKA berkumpul untuk kali pertama di Gedung Cagar Budaya Sobokarti Sabtu (25/8) malam lalu, sekaligus penanda lahirnya komunitas itu. “Malam itu kami berkumpul dan bergantian memainkan gitar. Tadinya sempat ragu, kira-kira ada yang datang atau tidak. Tapi ternyata banyak,” jelas Koordinator komunitas Yuda Prayitno saat ditemui di ruang kerjanya di Jl MH Thamrin Selasa (28/8).
Lebih lanjut, Yuda mengatakan semula komunitas hanya beranggota dia dengan beberapa anak didiknya. Kebetulan, Yuda merupakan guru di salah satu lembaga bimbingan musik di Semarang. Setelah itu, dia bertemu dengan rekannya Dadang Pribadi. Oleh Dadang, dia diberi saran membuka komunitas untuk semua pecinta gitar klasik.
Usulan itu diterima dan pihaknya langsung menghubungi beberapa rekan. Salah satunya Handana, pria yang menjadi gurunya saat belajar gitar. Handana mendukung dan siap bergabung.
Akhirnya hingga kini tercatat setidaknya ada 25 orang pecinta gitar klasik yang bergabung di komunitas. Untuk mempermudah komunikasi antaranggota, mereka membuat grup di jejaring sosial. Lantas, apa yang dimaksud gitar klasik?
Yuda menjawab pertanyaan itu sembari menunjukkan dokumentasi video dirinya saat bermain gitar. Dia menjelaskan, secara fisik, gitar klasik oleh sebagian besar masyarakat disebut juga dengan gitar bolong. Disebut demikian, karena biasanya gitar tersebut memiliki lubang di tubuhnya yang berfungsi menghasilkan suara.
Tapi gitar klasik menurutnya hanya yang menggunakan dawai dari nylon. Selain itu, memang ada gitar bolong yang menggunakan dawai string. Meski demikian, pihaknya tak terlalu menyoal hal itu.
“Komunitas kami terbuka untuk siapa saja yang mencintai gitar. Mereka yang tak bisa memainkannya juga tetap bisa bergabung. Kami membuka diri untuk siapa saja yang mencintai gitar bolong dan musik instrumental," tambahnya.
Ingin Berkembang
Dia ingin Komunitas Gitar Klasik Semarang menjadi wadah bagi pemain dan pecinta gitar klasik. Di komunitas itu, siapa saja bisa berkumpul, berbagi pengalaman, dan belajar bersama. Yuda bahkan secara terus terang mengungkapkan rasa irinya pada Komunitas Jazz Ngisoringin yang dibangun dengan rasa kebersamaan dan kini telah menjadi besar. Dia ingin, komunitasnya bisa berkembang seperti itu.
Saat ditanya tentang jenis gitar, Yuda menjawab sangat beragam. Salah satu yang membedakannya yakni merek. Harganya juga bervariasi mulai dari Rp 500 ribu ke atas. Meski, menurut Yuda, ada juga gitar yang harganya di bawah itu.
Gitar klasik sendiri menurutnya memiliki kekhasannya sendiri. Teknik memetik gitar tersebut berbeda dari biasanya. Meski demikian, Yuda menegaskan bermain gitar klasik harus sesuai aturan.
“Teknik bermain gitar klasik sejak dulu sudah ada. Hingga kini masih dipatuhi, meski tentu ada perkembangan. Teknik itu sendiri bermacam-macam tapi selalu bertujuan untuk menciptakan nada yang indah,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, bunyi dawai nylon berbeda denga dawai string. Dawai nylon menurutnya lebih berat, sementara string lebih nyaring. Dengan kekhasannya, , keduanya menghasilkan bunyi berbeda.
Pemain gitar klasik sering dianggap egois. Sebab, mereka bisa bermain solo tanpa bantuan orang lain atau alat musik lain. Satu gitar bisa menghasilkan harmoni yang enak didengar. Namun, kadang penggitar juga tampil berkelompok.
“Lagu yang dibawakan bisa klasik, bisa juga lagu populer. Tapi tentu saja akan menjadi berbeda saat ditampilkan dengan gitar klasik,” ujar Yuda lagi.
Ke depan, Komunitas Gitar Klasik Semarang ingin menggelar berbagai kegiatan. Bahkan, Yuda berharap bisa membuat festival gitar klasik. Sejauh ini, kota-kota yang sudah sering menggelar kegiatan tersebut adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Jogja.
Dia ingin Semarang bisa menjadi tuan rumah acara tersebut. Terlebih, potensi pemain gitar di kota ini cukup besar dan tak kalah dengan kota besar yang lain. Yang jelas, suara merdu dari gitar bolong itu membuat hati plong, (Adhitia Armitrianto-JBSM/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.