Tinggalkan Keluarga Demi Merah Putih
KAIS REZEKI: Suparman, penjual bendera merah putih dan umbul-umbul asal Ciamis, yang mremo di alun-alun Ungaran untuk mengais rezeki menjelang Hari Kemerdekaan RI (ARSEM/NINO ADISUMARTO) |
UNGARAN- Suparman (50), lelaki asal Cikoneng, Ciamis ini, rela meninggalkan keluarganya demi mremo menjajakan bendera dan umbul-umbul di alun-alun lama Ungaran.
"Setiap tahun menjelang hari kemerdekaan saya selalu berjualan sang Merah Putih dan umbul-umbul ke berbagai kota dengan meninggalkan keluarga selama setengah bulan lebih," tutur Suparman, saat ditemui di lokasi jualannya, Rabu (1/8) siang.
Bagi lelaki paruh baya ini, Merah Putih memiliki arti tersendiri. Baginya benda tersebut bukan sekedar bendera yang wajib dikibarkan di depan rumah saat memperingati hari Kemerdekaan RI. Namun, Sang Merah Putih juga bermakna pencaharian bagi anak istrinya di kampung.
Dari berjualan bendera dan umbul-umbul, Suparman mengaku dapat membawa pulang keuntungan minimal Rp 500.000 bersih. Dagangan yang jual bukanlah hasil jahitan tangan dirinya. Ia mendapatkan dari dari seorang juragan di Ciamis dengan harga satuan untuk bendera sekitar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 tergantung jenis ukurannya.
Sedangkan untuk umbul-umbul harganya mencapai Rp 22.500 persatuannya. "Harga itu sesuai jumlah setoran yang harus saya serahkan kepada juragan.
Sedangkan harga jualnya terserah saya yang menentukan untuk mencari kelebihan keuntungan," kata Suparman.
Untuk berjualan bendera dan umbul-umbul, setidaknya lelaki Cikoneng ini harus tinggal di rumah pondokan bersama sekeitar 10 rekan satu kampungnya. Biasanya untuk tempat dirinya beristirahat itu ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 250.000 di wilayah Karangjati, Bergas.
"Untuk tahun ini pemilik rumah belum memberitahu berapa ongkos sewa kamar. Kalau tahun lalu saya membayar Rp 250.000," ucapnya lagi.
Suparman mengisahkan, untuk acara mremo tahun ini penjualan bendera dan umbul-umbul belum seramai tahun lalu. Hal ini karena perayaan Agustusan bersamaan dengan jatuhnya bulan Ramadan. Sehinggga masyarakat lebih bersikap pasif dalam menghias lingkungannya.
"Ini yang disayangkan, seharusnya warga Indonesia tidak boleh menjadikan bulan puasa sebagai alasan menghentikan perayaan kemerdekaan. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki kecintaan terhadap tanah air mestinya tetap menghormati dan menghargai perjuangan para pahlawannya dalam merebut kemerdekaan," tukas dia. (ino/15)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.