Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Jual Diri untuk Hidupi Anak dan Suami

Hidup semakin berat. Manusia makin kehilangan akal mencari cara menghidupi keluarga.

Pasangan muda Idrus dan Asti baru dua tahun menikah. Anak laki-laki telah hadir di tengah mereka. Idrus yang hanya sales dealer motor gajinya kecil, tak sebanding kebutuhan belanja keluarganya. Maka, pada tahun pertama perkawinannya dia ajak istrinya menumpang di rumah orang tuanya di Semarang Barat.

Setelah melahirkan anak, Asti turut bekerja membantu suaminya. Awalnya dia kembali menjalani profesi semasa gadisnya, yaitu marketing di sebuah perusahaan. Hasilnya untuk mengontrak rumah dan membeli susu anaknya.

Namun beberapa bulan kemudian, Asti kembali ke asal, yakni mencari ‘tambahan penghasilan’ dari jalan lain: menjadi wanita panggilan. Maklum, sejak remaja dia sudah biasa bergaul dalam dunia lobi tingkat tinggi yang melibatkan perempuan sebagai umpan.

Idrus tak bisa apa-apa. Ia tampak pasrah dengan profesi ‘plus’ istrinya itu. Satu sisi dia tak bisa memenuhi nafkah keluarga, di sisi lain dia tahu dari dulu Asti memang gampangan. Dia menikah dengan Astri pun didahului dengan hubungan badan.

Idrus dalam posisi lemah sejak awal. Dia menikahi Asti pun sebenarnya karena sial. Astri punya banyak pacar, dan semuanya diberi kesempatan menikmati molek tubuhnya yang putih mulus itu.

Idrus asli ndeso yang tidak suka konflik. Dia membiarkan saja istrinya tiap hari pulang malam atau bahkan pagi. Meski Asti pulang dengan badan loyo, dia terima saja dan anaknya tetap dia emong selama istrinya tidur.

Ada pepatah, detik pertama orang masuk WC tak tahan bau, tapi setelah waktu berlalu akhirnya kerasan berlama-lama di bilik kakus. Demikian pula Idrus, awalnya jengah makan hasil kerja istrinya. Namun lama-lama dia nikmati saja setiap makanan enak yang dihasilkan dari ‘kerja keras’ Asti.

Bukan hanya makanan. Baju, sepatu, bensi motor, semua disubsidi penuh oleh Asti. Susu anaknya? Tentu saja Asti yang beli. Apalagi sekarang dealer motor tempat Idrus bekerja telah ditutup karena bangkrut.

Namun kadang Idrus bingung, mau menceraikan kasihan sang anak, tapi diteruskan jadi beban pikiran. Idrus akhirnya hanya bisa termenung dan melamun. Merenungi jalan hidupnya yang penuh lumpur. (Abdul Mughis)
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous