Menikah untuk Menutup Aib

MEMBINA rumah tangga tanpa rencana matang, biasanya hanya menimbulkan kekecewaan di masa mendatang.

Banyak persoalan yang muncul saat dua insan dipersatukan dalam payung rumah tangga akhirnya bercerai. Apalagi jika perkawinan tersebut hanya untuk menutupi aib.

Andai saja Dibyo (nama samaran) bisa memutar waktu, tentunya dia tidak akan pernah mau menuruti ajakan teman-temannya untuk beramai-ramai menggilir Surti (juga nama samaran), cewek tetangga desa yang kini jadi istrinya. Tapi apa lacur dia juga tak mampu menahan gejolak saat menyaksikan kemolekan tubuh Surti. Pengaruh alkohol juga semakin membuat nafsunya menjadi-jadi.

Namun siapa sangka kenikmatan sesaat yang ia dapatkan harus menjadi penyesalan berkepanjangan. Akibat ulah Dibyo dan ketiga temannya itu, Surti hamil. Keluarga Surti kelimpungan. Cewek 20 tahun yang memang kondang sering gonta-ganti pacar tersebut didesak untuk memberitahu siapa laki-laki yang telah menabur benih di rahimnya.

Surti pun mengakui telah menjadi korban budak nafsu Dibyo dan kawan-kawan. Dibyo juga tak mampu mengelak dari pengakuan Surti tersebut. Permasalahan tersebut sontak menjadi berita hangat di kampung yang berada di Kabupaten Semarang itu.

Dibyo cs disidang oleh pemuka kampung. Mereka dihadapkan pada dua pilihan. Bersedia menikahi Surti atau kasus tersebut dilaporkan ke polisi. Setelah terjadi kesepakatan, akhirnya Dibyo yang ketiban sampur untuk menjadi pendamping Surti.

Pemuda tamatan SMA itu bersedia menikahi Surti, dengan catatan semua biaya pernikahan dan persalinan bayi kelak, menjadi tanggungjawab teman-temannya. Kesepakatan pun terjadi. Pernikahan sederhana yang terkesan dipaksakan itu digelar.

Bisa dibayangkan bagaimana keluarga baru itu membina rumah tangga. Tanpa cinta, rasa sayang, dan perencanaan yang matang, semuanya serba dipaksakan. Namun, beban yang paling berat adalah gunjingan dari tetangga-tetangga yang bermulut ember.

Sebenarnya Surti sudah bisa menerima Dibyo sebagai pendampingnya. Tapi tidak bagi Dibyo. Dirinya belum sepenuhnya menerima Surti. Beruntung orangtua Dibyo masih bisa tegar dan mau memperlakukan menantunya tersebut dengan sepenuh hati. Maklum, salah satu dari dua anak mereka harus berpulang saat usianya masih belia. Jadilah Surti dianggap sebagai anaknya sendiri.

Tak kuasa menahan gunjingan, Dibyo mencoba merantau ke Bandung. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis yang dia jadikan istri simpanan. Sementara di kampung, Surti harus menghidupi anak perempuannya seorang diri dan hanya berharap sokongan dari keluarganya. (Tri Wuryono)

Newer Post Older Post