Menikahi Perempuan Jalang
Berlimpah harta boleh jadi bisa menguasai segalanya. Namun, harta juga bisa menjadi sumber kehancuran.
Terlahir dari keluarga yang bergelimang harta membuat Sukmawan (nama samaran) nyaris tak pernah merasakan kesengsaraan. Sayang, sejak kecil dia lebih sering berpisah dengan kedua orangtuanya. Dengan alasan kesibukan orangtuanya, sejak usia 2 tahun Sukmawan tinggal bersama neneknya di Semarang.
Meski jarang bertemu, bukan berarti kedua orangtuanya cuek. Segala kebutuhan Sukmawan selalu terpenuhi. Saat beranjak dewasa, sokongan materi belum juga surut. Dengan uang yang dimiliki, Sukmawan pun dengan mudah menggaet pasangan. Dia tak peduli lagi berapa uang yang harus dia hamburkan untuk mendekati wanita.
Kuliahnya berantakan gara-gara waktunya lebih banyak dihabiskan bersama wanita-wanita yang tak jelas asal usulnya. Sampai suatu saat dirinya bertemu dengan Dina (juga nama samaran), cewek asal Bandung. Dan terjalinlah asmara di antara keduanya.
Tanpa disadari, Sukmawan sudah masuk dalam perangkap Dina, yang ternyata hanyalah seorang cewek bispak (bisa dipakai). Hingga akhirnya Dina pun hamil. Sudah pasti cewek bertubuh sintal ini meminta pertanggungjawaban Sukmawan.
Bagi orangtua Sukmawan, Dina adalah sosok yang baik sehingga keduanya tidak keberatan untuk menerimanya sebagai menantu. Sebuah rumah sudah disiapkan untuk pasangan muda itu. Padahal, janin yang ada dalam perut Dina bukanlah benih dari Sukmawan. Dina pun pandai menyimpan rahasia.
Setahun pasangan itu menjalin rumah tangga. Sayang, tabiat Sukmawan belum berubah. Dia memang bisa mengendalikan kegemarannya main perempuan, tapi ketergantungan terhadap orangtua membuatnya malas. Bahkan sampai bayi perempuan telah hadir di antara keduanya.
Masih beruntung Dina mau bekerja, meski hanya menjadi SPG di sebuah konter kosmetik. “Taring” Dina pun mulai tampak. Kini dirinya yang berkuasa di rumah. Keuangan rumahtangga dia yang mengendalikan, termasuk uang yang mengalir ke kantong Sukmawan dari subsidi orangtuanya.
Entah mengapa Sukmawan yang dulu garang kini menjadi pria yang penurut. Bahkan ketika dia mendengar istrinya berselingkuh dengan pria lain, Sukmawan tak kuasa berbuat apa-apa.
Ternyata sikap diam Sukmawan semakin membuat istrinya menjadi-jadi. Santer terdengar, Dina sering menjajakan tubuhnya untuk pria-pria yang berharap cinta sesaat darinya. Sukmawan pun meradang. Pernikahan mereka pun akhirnya kandas. Keduanya sepakat untuk mengakhiri hubungan di pengadilan agama.
Di depan pengadilan agama siang itu, usai sidang terakhir, Dina melenggang seperti kijang, membuka pintu sedan mahal keluaran terbaru, dengan seorang pria tampan di belakang kemudi, meninggalkan Sukmawan yang parasnya kuyu saat ia menghidupkan mesin Honda Supra-nya … (Tri Wuryono)
Terlahir dari keluarga yang bergelimang harta membuat Sukmawan (nama samaran) nyaris tak pernah merasakan kesengsaraan. Sayang, sejak kecil dia lebih sering berpisah dengan kedua orangtuanya. Dengan alasan kesibukan orangtuanya, sejak usia 2 tahun Sukmawan tinggal bersama neneknya di Semarang.
Meski jarang bertemu, bukan berarti kedua orangtuanya cuek. Segala kebutuhan Sukmawan selalu terpenuhi. Saat beranjak dewasa, sokongan materi belum juga surut. Dengan uang yang dimiliki, Sukmawan pun dengan mudah menggaet pasangan. Dia tak peduli lagi berapa uang yang harus dia hamburkan untuk mendekati wanita.
Kuliahnya berantakan gara-gara waktunya lebih banyak dihabiskan bersama wanita-wanita yang tak jelas asal usulnya. Sampai suatu saat dirinya bertemu dengan Dina (juga nama samaran), cewek asal Bandung. Dan terjalinlah asmara di antara keduanya.
Tanpa disadari, Sukmawan sudah masuk dalam perangkap Dina, yang ternyata hanyalah seorang cewek bispak (bisa dipakai). Hingga akhirnya Dina pun hamil. Sudah pasti cewek bertubuh sintal ini meminta pertanggungjawaban Sukmawan.
Bagi orangtua Sukmawan, Dina adalah sosok yang baik sehingga keduanya tidak keberatan untuk menerimanya sebagai menantu. Sebuah rumah sudah disiapkan untuk pasangan muda itu. Padahal, janin yang ada dalam perut Dina bukanlah benih dari Sukmawan. Dina pun pandai menyimpan rahasia.
Setahun pasangan itu menjalin rumah tangga. Sayang, tabiat Sukmawan belum berubah. Dia memang bisa mengendalikan kegemarannya main perempuan, tapi ketergantungan terhadap orangtua membuatnya malas. Bahkan sampai bayi perempuan telah hadir di antara keduanya.
Masih beruntung Dina mau bekerja, meski hanya menjadi SPG di sebuah konter kosmetik. “Taring” Dina pun mulai tampak. Kini dirinya yang berkuasa di rumah. Keuangan rumahtangga dia yang mengendalikan, termasuk uang yang mengalir ke kantong Sukmawan dari subsidi orangtuanya.
Entah mengapa Sukmawan yang dulu garang kini menjadi pria yang penurut. Bahkan ketika dia mendengar istrinya berselingkuh dengan pria lain, Sukmawan tak kuasa berbuat apa-apa.
Ternyata sikap diam Sukmawan semakin membuat istrinya menjadi-jadi. Santer terdengar, Dina sering menjajakan tubuhnya untuk pria-pria yang berharap cinta sesaat darinya. Sukmawan pun meradang. Pernikahan mereka pun akhirnya kandas. Keduanya sepakat untuk mengakhiri hubungan di pengadilan agama.
Di depan pengadilan agama siang itu, usai sidang terakhir, Dina melenggang seperti kijang, membuka pintu sedan mahal keluaran terbaru, dengan seorang pria tampan di belakang kemudi, meninggalkan Sukmawan yang parasnya kuyu saat ia menghidupkan mesin Honda Supra-nya … (Tri Wuryono)
Labels
Romantika
Gambarnya koq Ineke ...??????....
ReplyDelete