Biaya Pelayanan Mal Naik
 |
| Suasana di Mal Paragon Semarang, kemarin. Naiknya TDL sebesar 15% direspon oleh para pengelola pusat belanja dengan menaikkan service charge (SM/Irawan Aryanto) |
SEMARANG-Naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15% oleh pemerintah pada awal 2013 ini direspon oleh para pengelola pusat belanja di Semarang dengan menaikkan service charge.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jateng, Handoyo K Setiadi mengungkapkan, guna menghadapi pemberlakuan kenaikan TDL, para pengelola pusat perbelanjaan tentunya akan menyiasati pelayanan di tahun ini. Kenaikan TDL akan diikuti dengan perubahan service charge di sejumlah pusat perbelanjaan.
Seperti diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan menyesuaikan tarif tenaga listrik awal tahun ini. Langkah ini ditempuh dalam rangka mempertahankan kelangsungan pengusahaan penyediaan tenaga listrik, peningkatan mutu pelayanan kepada konsumen, peningkatan rasio elektrifikasi, dan mendorong subsidi listrik yang lebih tepat sasaran. Berdasarkan skema tarif dari PLN, mal bersama hotel dan perkantoran masuk kategori pelanggan B3 yang kenaikannya salah satunya paling tinggi di tahun ini. Sepanjang tahun ini kenaikan tarif listrik golongan ini mencapai 21,9 persen, sedangkan pada triwulan I-2013 naik dari Rp 876/Kwh naik 11,30 persen menjadi Rp 975/Kwh.
''Biaya pelayanan tarif sewa mal akan naik. Namun kita tidak gegabah dalam menaikannya. Kita harus cermat, jangan sampai memberatkan penyewa tenant atau pengusaha ritel,'' katanya kemarin.
Menurut dia, kenaikan tarif listrik ini berimbas ke semua biaya operasional di segala sektor terutama selaku pengelola mal. Sebab, listrik sebagai komponen utama sebesar 45%-50% dalam sistem operasional. Beban terbesar operasional pusat belanja adalah listrik. Konsumsi listrik di pusat perbelanjaan, kata dia, cukup besar dan menelan sebagian besar biaya operasional. Karena itu, untuk mengatasi pembengkakan biaya operasional tersebut, para pengelola mal siap menaikkan service charge.
Service charge, lanjut dia, merupakan biaya yang dikenakan pengelola pusat perbelanjaan kepada penyewa atau tenant. Antara lain pemeliharaan gedung dan peralatan, suplai pendingin udara, biaya penggunaan lampu penerangan di ruang umum dan membayar gaji pegawai pengelola mal. Ketika ada kenaikan tarif listrik maka pengelola pusat belanja akan membebankan ke penyewa atau peritel. ''Meski demikian, kami masih belum bisa memastikan berapa besar persentase kenaikan. Yang pasti biaya pelayanan yang akan naik tidak sebanyak kenaikan TDL sebesar 15%,'' tukasnya.
Untuk mengatasi membengkaknya biaya operasional mal, Handoyo berupaya melakukan langkah efisiensi. Misalnya, untuk pemakaian listrik harus maksimal. Jangan sampai terlalu berlebihan seperti pemakaian lampu, eskalator maupun pendingin ruangan. Selama ini penggunaan listrik ada batasan maksimal sampai pukul 22.00. ''Nantinya, kita akan memperketat pemakaian listrik. Kita meminta lebih dari pukul 22.00 harus dimatikan,'' katanya.
Meskipun akan memperketat pemakaian listrik namun efisiensi tersebut, menurut Handoyo, bukan lantas mengurangi kualitas serta pelayanan. Kalau sampai berkurang, maka akan berdampak negatif terhadap mal, pengunjung maupun tenant. Saat ini tercatat, jumlah tenant di Mal Paragon sebanyak 150 tenant. Pengenaan service charge di mal tersebut mencapai Rp 60 ribu-70 ribu per meter persegi. (K14-SMNetwork/yul )
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jateng, Handoyo K Setiadi mengungkapkan, guna menghadapi pemberlakuan kenaikan TDL, para pengelola pusat perbelanjaan tentunya akan menyiasati pelayanan di tahun ini. Kenaikan TDL akan diikuti dengan perubahan service charge di sejumlah pusat perbelanjaan.
Seperti diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan menyesuaikan tarif tenaga listrik awal tahun ini. Langkah ini ditempuh dalam rangka mempertahankan kelangsungan pengusahaan penyediaan tenaga listrik, peningkatan mutu pelayanan kepada konsumen, peningkatan rasio elektrifikasi, dan mendorong subsidi listrik yang lebih tepat sasaran. Berdasarkan skema tarif dari PLN, mal bersama hotel dan perkantoran masuk kategori pelanggan B3 yang kenaikannya salah satunya paling tinggi di tahun ini. Sepanjang tahun ini kenaikan tarif listrik golongan ini mencapai 21,9 persen, sedangkan pada triwulan I-2013 naik dari Rp 876/Kwh naik 11,30 persen menjadi Rp 975/Kwh.
''Biaya pelayanan tarif sewa mal akan naik. Namun kita tidak gegabah dalam menaikannya. Kita harus cermat, jangan sampai memberatkan penyewa tenant atau pengusaha ritel,'' katanya kemarin.
Menurut dia, kenaikan tarif listrik ini berimbas ke semua biaya operasional di segala sektor terutama selaku pengelola mal. Sebab, listrik sebagai komponen utama sebesar 45%-50% dalam sistem operasional. Beban terbesar operasional pusat belanja adalah listrik. Konsumsi listrik di pusat perbelanjaan, kata dia, cukup besar dan menelan sebagian besar biaya operasional. Karena itu, untuk mengatasi pembengkakan biaya operasional tersebut, para pengelola mal siap menaikkan service charge.
Service charge, lanjut dia, merupakan biaya yang dikenakan pengelola pusat perbelanjaan kepada penyewa atau tenant. Antara lain pemeliharaan gedung dan peralatan, suplai pendingin udara, biaya penggunaan lampu penerangan di ruang umum dan membayar gaji pegawai pengelola mal. Ketika ada kenaikan tarif listrik maka pengelola pusat belanja akan membebankan ke penyewa atau peritel. ''Meski demikian, kami masih belum bisa memastikan berapa besar persentase kenaikan. Yang pasti biaya pelayanan yang akan naik tidak sebanyak kenaikan TDL sebesar 15%,'' tukasnya.
Untuk mengatasi membengkaknya biaya operasional mal, Handoyo berupaya melakukan langkah efisiensi. Misalnya, untuk pemakaian listrik harus maksimal. Jangan sampai terlalu berlebihan seperti pemakaian lampu, eskalator maupun pendingin ruangan. Selama ini penggunaan listrik ada batasan maksimal sampai pukul 22.00. ''Nantinya, kita akan memperketat pemakaian listrik. Kita meminta lebih dari pukul 22.00 harus dimatikan,'' katanya.
Meskipun akan memperketat pemakaian listrik namun efisiensi tersebut, menurut Handoyo, bukan lantas mengurangi kualitas serta pelayanan. Kalau sampai berkurang, maka akan berdampak negatif terhadap mal, pengunjung maupun tenant. Saat ini tercatat, jumlah tenant di Mal Paragon sebanyak 150 tenant. Pengenaan service charge di mal tersebut mencapai Rp 60 ribu-70 ribu per meter persegi. (K14-SMNetwork/yul )
Heru+Setiabudi+dan+Tarmuji.(FOTO+ARIEL).jpg)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.