Bisnis Timbangan Digital Terpengaruh Harga Besi
| Karyawan tengah merakit timbangan digital-HARSEM/WARA MERDEKAWATI |
GAYAMSARI-Sulit meyakinkan pedagang untuk beralih dari timbangan mekanik ke timbangan digital. Itulah yang dirasakan Agung Sujiwo (34) warga Kelurahan Gayamsari Kecamatan Gayamsari, saat meneruskan usaha keluarganya, yakni perakitan timbangan digital.
“Memang tidak mudah ketika para pedagang yang sudah terbiasa menggunakan timbangan mekanik beralih ke timbangan digital,” ungkap Agung.
Agung mengatakan, bergelut bisnis di usaha timbangan sudah dilakoninya sejak tahun 1990. Dia meneruskan usaha ayahnya Yusuf Suyuti yang sudah mengawali usaha ini tahun 1974. Yusuf yang sebelumnya bekerja di perusahaan timbangan jarum ini memilih keluar dan mendirikan usaha sendiri.
“Sebelumnya kita hanya distributor saja menjual barang yang sudah ada. Tetapi tahun 1990 mulai punya perakitan sendiri,” katanya.
Dikatakan, ada berbagai jenis timbangan digital yang di rakit di workshopnya di Jalan Kijang II. Di antaranya, timbangan buah-buahan, emas, beras, hewan bahkan hingga timbangan untuk kendaraan berat seperti truk.
“Dulu awalnya agak sulit menawarkan timbangan digital untuk pedagang buah, karena mereka lebih suka menggunakan timbangan kodok. Padahal dengan menggunakan digital ukurannya bisa pas, harganya juga bisa disesuaikan dengan beratnya,” jelasnya.
Namun, tahun 2005 sampai sekarang sudah banyak pedagang yang beralih menggunakan timbangan digital. Mengingat hasilnya yang bisa akurat sampai ke harga. Karena dengan menggunakan timbangan digital, untuk timbangan buah-buahan skala terkecil dapat dibaca mencapai 50 gram.
Dibantu oleh beberapa karyawannya, Agung tiap harinya selalu mengecek timbangan yang sudah dirakit dan siap diantar kepada pemesan. “Pemasarannya tidak hanya di Semarang saja, tetapi juga di kota sekitar. Seperti Solo, Pati, Tegal, Jogja dan Surabaya,” ungkapnya.
Dalam menjalankan bisnisnya, Agung mengaku, terkendala pada harga besi yang menggunakan hitungan dolar. Kenaikan dolar yang tidak dapat diprediksi ini tentu saja mempengaruhi harga jual timbangan.
“Harganya mulai Rp 1 juta ke atas tergantung dari jenisnya. Memang mahal, tetapi untuk pemakaian jangka panjang ya tidak rugilah,” ujarnya.
Selain itu, kebijakan beacukai yang berubah-ubah terkadang menghambat proses datangnya bahan baku yang diimpor. “Terkadang peraturannya berubah-ubah, jadi agak terhambat prosesnya,” imbuhnya. (wam/njs)

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.