Banjir dan Rob, Problema yang Tak Pernah Usai
PROBLEM banjir dan rob di Kota Semarang dinilai pakar hidrologi Undip, Nelwan, cukup kompleks. Selain permasalahan minimnya storage atau kolam retensi, permasalahan sampah yang menumpuk di saluran juga menjadi salah satu persoalan yang harus dicarikan solusi.
“Saya mendesak Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang, agar lebih jeli dan teliti dalam memilih jenis pompa air. Sesuai kebutuhan dan juga harus sesuai dengan kondisi rob dan banjir yang ada di Kota Semarang ini,” ujar Nelwan.
Selain itu Nelwan juga menyayangkan kesadaran masyarakat Kota Semarang, membuang sampah dinilai masih rendah. Dan itu menyulitkan dinas terkait dalam mengatasi masalah banjir dan rob di Kota Semarang.
“Hal ini terbukti dengan masih banyak terdapat sampah yang menumpuk di setiap saluran yang ada. Kendala ini cukup menyulitkan petugas pompa air di Kota Semarang, apalagi jika menilik semua kemampuan pompa air, yang ternyata sangat sensitif terhadap sampah. Sehingga kinerjanya kurang maksimal,” beber Nelwan.
Untuk mengatasi permasalahan sampah ini, Nelwan mengusulkan, agar pengadaan pompa air untuk masa mendatang di Kota Semarang, bisa menggunakan pompa air jenis ulir atau screw pump.
“Pompa jenis ini diyakini mampu menghancurkan sampah secara mandiri, sehingga daya sedot airnya lebih maksimal. Meski lebih mahal, namun jika melihat keefektifan pompa jenis ini, diyakini justru akan menghemat biaya dan waktu operasional, terutama dalam jangka panjang,” beber Nelwan.
Selain pemilihan jenis pompa yang harus lebih teliti, menurut Nelwan, kapasitas pompa juga harus sesuai dengan luas wilayah yang harus dipompa. “Kalau saat ini saya menilainya tidak seimbang antara kapasitas pompa dengan luasan wilayah,” imbuhnya.
Nelwan menambahkan, seperti permasalahan banjir yang sering terjadi di kawasan Simpang Lima, menurut pendapatnya adalah akibat dari kinerja pompa di rumah pompa Kartini yang kurang maksimal.
“Meski kapasitasnya cukup besar, namun karena usia pompa rata-rata sudah lebih dari 25 tahun, hal ini menyebabkan daya sedotnya mulai menurun dan sudah saatnya diganti dengan yang baru,” tandas Nelwan.
Sementara itu, Kepala Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang Agus Riyanto mengungkapkan, tahun 2014 pihaknya akan melakukan peningkatan pada beberapa titik pompa, dan kolam penampungan air yang ada di lokasi pompa. “Di antaranya pompa Kartini, saat ini pompa Kartini kapasitasnya 6.000 meter kubik per detik, rencana akan ditingkatkan 2.000 meter kubik per detik lagi, jadi total untuk kapasitas pompa Kartini 8.000 meter kubik per detik,” jelas Agus baru-baru ini.
Selain peningkatana kapasitas pompa, pihaknya juga akan melakukan peningkatan kolam, karena harus menyesuaikan dengan kapasitas pompa. “Karena ini juga menyangkut kebutuhan lahan yang akan digunakan untuk menambah luasan kolam tampung, kami harus mempelajari ini lebih lanjut. Nanti itu ada beberaap titik pompa yang akan kami tingkatkan kpasitasnya,” tandas Agus. (lif/sae)
“Saya mendesak Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang, agar lebih jeli dan teliti dalam memilih jenis pompa air. Sesuai kebutuhan dan juga harus sesuai dengan kondisi rob dan banjir yang ada di Kota Semarang ini,” ujar Nelwan.
Selain itu Nelwan juga menyayangkan kesadaran masyarakat Kota Semarang, membuang sampah dinilai masih rendah. Dan itu menyulitkan dinas terkait dalam mengatasi masalah banjir dan rob di Kota Semarang.
“Hal ini terbukti dengan masih banyak terdapat sampah yang menumpuk di setiap saluran yang ada. Kendala ini cukup menyulitkan petugas pompa air di Kota Semarang, apalagi jika menilik semua kemampuan pompa air, yang ternyata sangat sensitif terhadap sampah. Sehingga kinerjanya kurang maksimal,” beber Nelwan.
Untuk mengatasi permasalahan sampah ini, Nelwan mengusulkan, agar pengadaan pompa air untuk masa mendatang di Kota Semarang, bisa menggunakan pompa air jenis ulir atau screw pump.
“Pompa jenis ini diyakini mampu menghancurkan sampah secara mandiri, sehingga daya sedot airnya lebih maksimal. Meski lebih mahal, namun jika melihat keefektifan pompa jenis ini, diyakini justru akan menghemat biaya dan waktu operasional, terutama dalam jangka panjang,” beber Nelwan.
Selain pemilihan jenis pompa yang harus lebih teliti, menurut Nelwan, kapasitas pompa juga harus sesuai dengan luas wilayah yang harus dipompa. “Kalau saat ini saya menilainya tidak seimbang antara kapasitas pompa dengan luasan wilayah,” imbuhnya.
Nelwan menambahkan, seperti permasalahan banjir yang sering terjadi di kawasan Simpang Lima, menurut pendapatnya adalah akibat dari kinerja pompa di rumah pompa Kartini yang kurang maksimal.
“Meski kapasitasnya cukup besar, namun karena usia pompa rata-rata sudah lebih dari 25 tahun, hal ini menyebabkan daya sedotnya mulai menurun dan sudah saatnya diganti dengan yang baru,” tandas Nelwan.
Sementara itu, Kepala Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang Agus Riyanto mengungkapkan, tahun 2014 pihaknya akan melakukan peningkatan pada beberapa titik pompa, dan kolam penampungan air yang ada di lokasi pompa. “Di antaranya pompa Kartini, saat ini pompa Kartini kapasitasnya 6.000 meter kubik per detik, rencana akan ditingkatkan 2.000 meter kubik per detik lagi, jadi total untuk kapasitas pompa Kartini 8.000 meter kubik per detik,” jelas Agus baru-baru ini.
Selain peningkatana kapasitas pompa, pihaknya juga akan melakukan peningkatan kolam, karena harus menyesuaikan dengan kapasitas pompa. “Karena ini juga menyangkut kebutuhan lahan yang akan digunakan untuk menambah luasan kolam tampung, kami harus mempelajari ini lebih lanjut. Nanti itu ada beberaap titik pompa yang akan kami tingkatkan kpasitasnya,” tandas Agus. (lif/sae)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.