Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Ngalap Berkah di Masjid Agung Demak

 HARSEM/SUKMAWIJAYA
BERBUKA : Banyak warga masyarakat menyempatkan berbuka di Masjid Agung Demak

DEMAK- Ngebuburit alias menanti waktu berbuka, banyak dilakukan oleh kalangan muda dengan nongkrong bareng di pinggir jalan, namun juga tak sedikit para muda mengunjungi Masjid Agung Demak (MAD) sambil mengikuti acara rohani di masjid tertua ini.
 
Setiap sore menjelang Maghrib, ratusan pemuda banyak menghabiskan waktu di MAD, mereka datang dari Demak, tapi banyak juga hadir dari luar kota. 

Selain mencari berkah di masjid buatan Walisongo, mereka juga menikmati beberapa monumen sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa.
 
Mereka cenderung duduk-duduk atau tiduran di Serambi Majapahit yang merupakan teras masjid bagian timur. 

Konon serambi tersebut, hasil bantuan dari Sultan Fatah ketika merehab pertama MAD. “Selain dengar ceramah dari pak kiai, saya ingin mengenal lebih dekat bangunan Masjid Agung yang berdiri sejak abad 14,” ujar Mila Kusuma (21), warga Weleri Kendal yang datang bersama teman-temannya dengan mengendarai motor.
 
Terpisah, Abdulah Somad (35) warga Rembang, tampak khusuk berwirid, dia bermunajad mencoba mencari berkah. Niatannya, dia akan menghabiskan waktu sebulan berpuasa dan mengaji di MAD. 

Beda dengan adik kecil, Nilakhandi Wijaya (5) warga Kelurahan Kalicilik, kedatangannya ingin bermain dan melihat pemandangan masjid, bersama adiknya. Nila terus saja berkejar-kejaran.
 
Tradisi berbuka di masjid sudah membudaya bagi masyarakat Islam, bahkan tradisi ini mendorong warga masyarakat mengirim takjil berupa makanan dan minuman. 

Di MAD ada keunikan takjil selama dua puluh tahun terakhir, berupa nasi gulai kambing dan teh hangat, selalu dikirim ke masjid. Belakangan diketahui si pengirim adalah Kiai Iyashadi dari Dukuh Nglego, Desa Sidoharjo, Kecamatan Guntur.
 
Saat ditemui, pengasuh Ponpes Darut Tauhid ini tak banyak bicara, selama 20 tahun tetap eksis mengirim gule kambing baginya sebuah berkah yang harus dibagi ke orang lain. “Saya hanya membagi gule kambing untuk takjil, semua saya lakukan seperti tradisi Sunan Kalijaga,” ujarnya.
 
Kiai Iyashadi yang selalu menyebut ponpesnya, sebagai Pondok Kumuh cenderung ingin banyak membagi pada masyarakat, kendati setiap hari selalu menyembelih kambing untuk digulai, namun setiap hari dirinya hanya memakan nasi jagung dan lalapan saja. (sukma wijaya/15)    

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous