Banjir Genuk Tak Mutlak Luapan Sungai
Banjir yang terjadi di Kecamatan Genuk tidak selalu “disumbang” oleh luapan Sungai Babon yang melintasi kawasan padat permukiman dan kawasan industri itu.
BENDUNG Pucang Gading yang berada di perbatasan Semarang-Demak ini sebagai bangunan pembagi banjir dan irigasi membuka pintu air ke Sungai Babon jika ketinggian air mencapai 80-100 sentimeter. Air inilah yang kemungkinan tumpah dan terkadang menyebabkan banjir.
Bendung yang dibangun era kolonial Belanda itu membagi juga air ke Banjir Kanal Timur dan ke Dombo Sayung. Jika pembagian tidak proporsional, maka menyebabkan banjir dan menimbulkan kemarahan warga di sekitar sungai. Petugas jaga Bendung Pucang Gading, Mukhlisin mengatakan, dirinya harus berkoordinasi dengan penjaga bendung di setiap sungai jika pintu air akan dibuka. "Koordinasi meliputi kondisi terakhir debit air di Pucang Gading dan kondisi sungai yang akan dialiri. Jika tidak diberi tahu warga bisa emosi a dan menggeruduk kami," katanya, Rabu (27/2).
Pembukaan pintu air mempunyai standar operasional, sehingga tidak bisa serta merta digeruduk warga lalu mengalihkan air ke sungai lain. Pasalnya saat debit air tinggi, semua sungai dialiri dengan jumlah yang sama. Setiap sungai dikontrol dari dua pintu air. "Sekarang sistemnya lebih canggih, karena tidak lagi manual. Sudah pakai teknologi, sehingga bisa menyiapkan jika ada kiriman dari Sungai Ngeluweh dan Batur," katanya.
Koordinator Perwakilan Balai Dolok Penggaron pada Balai PSDA Jragung Tuntang, Suhartono mengatakan, sistem pembagi banjir ini efektif mengontrol aliran air di Semarang dan Demak, sehingga tidak menimbulkan luapan. Namun, laju sedimentasi dan beberapa titik tanggul yang ambrol membuat air sungai meluap.
Di Bendung Pucang Gading, sedimentasi meningkat, sehingga dasar sungai tampak saat curah hujan menurun. "Untuk saat ini genangan di wilayah Kecamatan Genuk tidak disebabkan pembagian banjir, tetapi hujan lokal di sekitar wilayah," katanya.
Muhlisin, menambahkan penyebab lain genangan di wilayah Genuk karena air dari got-got yang meluap ke jalan. Daerah irigasi seperti sawah telah berubah menjadi pemukiman dan kawasan industri, sehingga daya serap tanah berkurang. "Laju sedimentasi mungkin juga disebabkan daerah gundul di atas yang tanahnya ikut terbawa ke sungai," katanya.
Suhartono, memberikan solusi adanya penghijauan di kawasan atas yakni Hutan Penggaron, agar daya serap air meningkat dan tidak langsung masuk ke sungai. (H74/SMNetwork/sae)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.