Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Surat dari Belanda

PSIS, Tirulah Feyenoord

Halo Indonesia, saya Win Sanjaya dari Semarang yang sekarang bekerja di Belanda. Secara rutin saya ikuti perkembangan PSIS melalui internet. Terakhir kemarin saya merasa prihatin karena prestasi PSIS kurang membanggakan.

Lewat Harian Semarang saya akan coba memberi sedikit gambaran tentang persepakbolaan Belanda dan mengapa negara ini begitu maju sepakbolanya, agar sedikit banyak ditiru oleh Semarang, khususnya PSIS.

Beberapa waktu lalu saya mengunjungi Stadion Feijenoord, markas Klub Feyenoord, di Kota Rotterdam. Stadion yang cukup megah dengan klub yang juga terkenal. Di dalam stadion (saat itu Feyenoord berhadapan dengan Ajax Amsterdam di final KNVB beker, alias Piala Belanda) begitu rapi panpel menggelar pertandingan. Tiketing begitu profesional.

Saya mendapat jatah tempat duduk di belakang bench pemain Feyenoord dan bisa menatap secara langsung bagaimana bench itu begitu bersih dari para penggembira yang bukan dari dalam tim (saya mencoba membandingkan dengan tempat duduk pemain PSIS di Jatidiri yang sering dimasuki bapak-bapak yang bukan ofisial sehingga bench tampak sesak).

Pada saat pertandingan berjalan, tak ada lemparan-lemparan botol minuman dari penonton ke pemain, pemain amat menghormati wasit, dan lampu-lampu terang benderang menyorot lapangan. Bandingkan dengan sepakbola kita yang sering rusuh dan stadion yang kumuh.

Di bagian samping stadion ada sebuah toko yang dinamai “TopSportCentrum Rotterdam” yang menjual aneka ragam oleholeh, dari kaus, gantungan kunci, speaker active bermotif bola, sampai asbak khas Feyenoord. PSIS kapan ya punya gerai merchandise?

Tapi memang tak adil membandingkan Feyenoord dengan PSIS. Namun cobalah kita bandingkan tradisi sepakbola Indonesia- Belanda di sektor paling bawah. Saat liburan, saya bersama teman-teman diundang oleh beberapa lembaga untuk bertanding sepakbola. Bukan di stadion megah, tapi di sebuah lapangan kampung.

Olala, meski lapangan dusun tapi rumputnya sekelas Gelora Bung Karno. Di Belanda (serta sejumlah negara-negara Eropa yang saya kunjungi) banyak lapangan bagus. Bandingkan dengan Semarang (Diponegoro, Citarum, Sidodadi, dan bahkan Jatidiri) yang rumputnya botak, tanahnya bergelombang. Padahal orang Indonesia mungkin lebih getol dengan sepakbola daripada Belanda.

Baiklah, kiranya sampai di sini surat saya. Hal yang bisa dipetik dari pengalaman saya ini ialah bahwa mengurusi sepakbola itu dengan hati dan kesadaran penuh. Sepakbola adalah olahraga yang paling diminati orang dari seluruh penjuru dunia. Semoga PSIS dikelola oleh orang-orang yang paham betul bagaimana menjadikan sepakbola adalah hiburan sejati bagi rakyat.

Pada kesempatan lain akan saya bagi pengalaman dari negara yang berbeda.

Salam,
Win Sanjaya

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous